Indonesia adalah salah satu pasar mobile terbesar di dunia, menempati peringkat ke-4 secara global dalam jumlah pengguna smartphone. Sekitar 198 juta penduduk berbicara bahasa Indonesia, menjadikan lokalisasi dan optimasi aplikasi ke dalam bahasa dan budaya Indonesia sebagai langkah krusial. App Store Optimization (ASO) sendiri adalah serangkaian upaya untuk meningkatkan visibilitas aplikasi di toko aplikasi (Apple App Store, Google Play Store, dll.) secara organik. Salah satu komponen terpenting ASO adalah pengumpulan semantic core, yaitu kumpulan kata kunci pencarian yang relevan dengan aplikasi Anda.
Bagi pengembang atau pemasar aplikasi pemula, memahami cara mengumpulkan dan menerapkan semantic core yang tepat akan membantu aplikasi Anda lebih mudah ditemukan pengguna. Panduan ini akan menjelaskan langkah-langkah riset kata kunci (keyword research) untuk ASO, khususnya dengan mempertimbangkan perilaku pengguna Indonesia, kesalahan umum lokal, dan praktik terbaik agar konten Anda sesuai budaya. Terminologi internasional seperti keywords, conversion rate, Search Ads, dsb., akan tetap digunakan agar sesuai dengan standar industri global.
Apa Itu Semantic Core dan Mengapa Penting?
Semantic core adalah daftar lengkap kata kunci atau frasa pencarian yang digunakan pengguna untuk menemukan aplikasi seperti milik Anda. Dapat dianggap sebagai “inti kata kunci” yang menjadi dasar strategi ASO. Dengan semantic core yang kuat, Anda dapat mengoptimalkan metadata aplikasi (judul, deskripsi, dll.) sehingga algoritma toko aplikasi menempatkan aplikasi Anda di hasil pencarian yang relevan. Hasilnya, visibilitas meningkat dan potensi organic installs (install organik) juga naik.
Mengapa semantic core penting? Sekitar 65% unduhan aplikasi berasal dari penelusuran di toko aplikasi. Pengguna cenderung menemukan aplikasi melalui pencarian dengan kata kunci tertentu. Jika aplikasi Anda tidak memasukkan kata kunci yang tepat dalam metadata, aplikasi bisa “hilang” di antara jutaan aplikasi lain. Terlebih lagi, 83% pengguna biasanya hanya memperhatikan 10 hasil pencarian teratas. Maka, mengoptimalkan kata kunci adalah kunci agar aplikasi Anda bisa muncul di daftar teratas.
Selain untuk visibilitas, semantic core juga membantu Anda memahami kebutuhan pengguna. Dengan riset kata kunci, Anda akan mengetahui istilah apa yang populer, bagaimana pengguna menyebut fitur atau kategori tertentu, dan preferensi bahasa mereka. Di Indonesia, misalnya, pengguna bisa saja mencari dengan campuran bahasa Indonesia dan Inggris, atau menggunakan istilah lokal. Contoh: Untuk aplikasi edit foto, beberapa pengguna mungkin mencari “edit foto efek bokeh”, sementara lainnya mungkin langsung mengetik “photo editor”. Semantic core yang baik akan mencakup variasi kedua istilah tersebut agar menjangkau audiens lebih luas.
Memahami Pasar Indonesia: Bahasa, Budaya, dan Perilaku Pengguna
Sebelum masuk ke teknik pengumpulan kata kunci, penting memahami konteks pasar Indonesia:
- Dominasi Android: Di Indonesia, perangkat Android jauh lebih mendominasi dibanding iOS. Per Agustus 2022, sekitar 89% pengguna memakai Android, sedangkan hanya 10% di iOS. Ini berarti optimasi di Google Play (termasuk deskripsi panjang) sangat penting, meskipun idealnya Anda juga menyiapkan strategi ASO untuk App Store.
- Bahasa yang Digunakan: Mayoritas pengguna melakukan pencarian dalam bahasa Indonesia. Survei menunjukkan 80% pengguna hanya menggunakan bahasa Indonesia saat mencari aplikasi, dan sekitar 20% kadang menggunakan bahasa Inggris selain Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya anak muda yang bilingual. 90% responden usia 19-30 mengaku bisa berbahasa Inggris, dan sering kali mereka mencampur istilah Inggris dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam menyusun kata kunci, Anda perlu memasukkan kata kunci bahasa Indonesia dan istilah bahasa Inggris yang umum dipakai di niche aplikasi Anda. Misalnya, untuk aplikasi finansial, kata “tabungan” dan “saving” dua-duanya relevan.
- Beragam Bahasa Daerah: Indonesia memiliki >700 bahasa daerah. Bahasa nasionalnya sendiri pada dasarnya “Bahasa Indonesia” yang berakar dari Melayu dengan banyak serapan (termasuk dari Belanda). Beberapa bahasa daerah utama: Jawa (dipakai ~85 juta orang, ~40% populasi) dan Sunda, dsb. Apakah kata kunci dalam bahasa daerah perlu dimasukkan? Tergantung target aplikasi Anda. Sebagian besar kasus, bahasa Indonesia sudah mencakup sebagian besar pencarian. Namun, jika niche aplikasi Anda sangat lokal spesifik (misal konten budaya Jawa), Anda bisa mempertimbangkan menyertakan beberapa kata kunci Jawa atau Sunda yang relevan. Ingat bahwa generasi muda cenderung lebih memilih istilah Indonesia atau Inggris daripada bahasa daerah di ranah teknologi.
- Budaya dan Sensitivitas Lokal: Konten teks dan visual harus menyesuaikan norma lokal. Contoh: Indonesia adalah negara mayoritas Muslim (~87%). Hindari penggunaan kata atau simbol yang menyinggung agama. Misalnya, kata “babi” (pig) sangat sensitif; sebaiknya tidak digunakan sembarangan dalam konten atau kata kunci kecuali aplikasi Anda memang tentang hewan babi (itu pun perlu pertimbangan). Begitu pula, jangan gunakan istilah kasar seperti “anjing” sebagai kata kunci, karena meskipun arti literalnya dog, dalam bahasa sehari-hari bisa menjadi makian. Untuk aplikasi game, perhatikan bahwa game multiplayer sangat populer di Indonesia – ini bisa memengaruhi kata kunci (misal kata “online” atau “multiplayer” mungkin penting untuk dimasukkan bila relevan).
- Kualitas Terjemahan: Jika Anda menerjemahkan deskripsi dari bahasa lain, usahakan hasil akhirnya mengalir alami dalam bahasa Indonesia. Pengguna Indonesia lebih suka deskripsi yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari terjemahan kaku yang terasa seperti bahasa mesin; lebih baik tulis ulang dengan gaya lokal. Menurut survei, pengguna cenderung enggan mengunduh jika teks deskripsi terasa “terlalu formal dan kaku” karena hasil terjemahan harfiah. Jadi, meskipun kita mengumpulkan kata kunci secara global, penulisan akhir sebaiknya disesuaikan dengan gaya bahasa yang akrab bagi orang Indonesia (misal: gaya komunikatif, tidak bertele-tele, dan mungkin menggunakan beberapa kata informal jika sesuai konteks).
Dengan pemahaman di atas, mari kita masuk ke inti: cara mengumpulkan semantic core yang efektif untuk aplikasi Anda.
Langkah-langkah Mengumpulkan Semantic Core
Mengumpulkan semantic core berarti melakukan riset kata kunci secara menyeluruh. Tujuannya adalah mendapatkan daftar kata/frasa pencarian yang paling relevan dan populer untuk aplikasi Anda. Berikut langkah-langkah yang bisa Anda ikuti:
1. Analisis Aplikasi dan Tentukan Kata Kunci Dasar (Seed Keywords)
Mulailah dari dalam. Tanyakan pada diri Anda: apa fungsi utama aplikasi dan apa kata sederhana yang menggambarkannya? Buatlah daftar kata kunci dasar (seed keywords) yang langsung terlintas tentang aplikasi tersebut. Misal, jika Anda membuat aplikasi belajar bahasa Inggris untuk pemula, seed keyword-nya bisa: belajar Inggris, English learning, kursus Inggris, bahasa Inggris pemula, dll.
Pastikan pula memahami kategori aplikasi Anda di toko aplikasi. Pahami istilah umum di kategori tersebut. Contohnya, untuk game puzzle, seed keyword bisa termasuk teka-teki, puzzle game, logika, dsb.
Tips:
- Lihat dari sudut pandang pengguna: Pikirkan apa yang akan diketik pengguna biasa untuk menemukan solusi yang aplikasi Anda tawarkan. Kadang istilah yang digunakan pengguna berbeda dengan istilah teknis developer. Contoh, developer menyebut “to-do list app”, tapi pengguna Indonesia mungkin lebih sering mencari “aplikasi catatan harian” atau “pengingat tugas”.
- Gunakan sinonim dan variasi: Jangan terpaku pada satu dua kata. Catat sinonim atau kata terkait. Misal “foto editor” juga terkait dengan “edit gambar”, “aplikasi kamera”, dll. Semakin banyak variasi yang Anda pikirkan, semakin lengkap dasar semantic core Anda.
2. Riset Kompetitor dan Aplikasi Serupa
Lakukan analisis kompetitor: cari aplikasi-aplikasi serupa yang sudah populer, lalu perhatikan bagaimana mereka dipresentasikan di toko aplikasi. Ini langkah penting untuk menemukan kata kunci yang mungkin Anda lewatkan.
Cara riset kompetitor:
- Gunakan Pencarian: Ketik salah satu seed keyword Anda di pencarian Google Play atau App Store. Lihat aplikasi apa saja yang muncul di hasil teratas. Kunjungi halaman aplikasi-aplikasi tersebut.
- Perhatikan Judul dan Deskripsi: Catat kata-kata yang mereka gunakan di judul, subtitle (App Store) atau short description (Google Play), dan deskripsi penuh. Apakah ada kata tertentu yang muncul berulang? Misalnya, kompetitor memakai frasa “gratis” atau “tanpa iklan”, dsb. Juga lihat bagian review pengguna – kadang di ulasan, pengguna menyebutkan fitur/masalah dengan kata-kata mereka sendiri, yang bisa jadi ide keyword.
- Screenshots dan Promo Text: Teks yang ditampilkan di screenshot promosi juga bisa memberi petunjuk kata kunci penting. Beberapa aplikasi mencantumkan slogan atau highlight fitur di gambar screenshot (misal “100+ filter efek!” untuk aplikasi edit foto). Ini menunjukkan fitur yang dianggap menarik – kata seperti “filter efek” mungkin layak masuk daftar keyword Anda.
- Identifikasi Kelebihan/Kekurangan Kompetitor: Baca deskripsi kompetitor, apakah mereka menekankan hal tertentu? Jika aplikasi Anda punya fitur unik yang lebih baik, pikirkan kata kunci untuk menekankannya. Contoh: sebagian besar aplikasi “penghemat baterai” tidak mendukung pengisian cepat, sedangkan app Anda mendukung – maka kata kunci “fast charging” atau “pengisian cepat” bisa dimanfaatkan.
Dengan analisis kompetitor, Anda bisa menemukan kata kunci populer yang sudah terbukti digunakan aplikasi lain. Jangan ragu menambahkan kata-kata tersebut ke semantic core Anda jika relevan. Anjuran umum: hindari menyebut nama brand kompetitor langsung di metadata aplikasi Anda, karena hal itu melanggar kebijakan (terutama di Apple, menyebut nama app lain dalam keywords bisa menyebabkan penolakan). Namun, tidak ada salahnya memasukkan nama kompetitor ke daftar internal keyword Anda untuk analisis – sekadar untuk melacak persaingan.
3. Gunakan Fitur Auto-Suggest di App Store dan Google Play
Salah satu cara manual terbaik untuk menggali keyword adalah memanfaatkan suggestions (saran pencarian) yang muncul otomatis di toko aplikasi. Ketika Anda mulai mengetik di kolom pencarian, sistem akan menampilkan saran query yang populer digunakan pengguna lain. Ini harta karun bagi ASO:
- Google Play Suggest: Buka Google Play (dengan lokal Indonesia), ketik salah satu seed keyword Anda secara perlahan. Perhatikan saran-saran yang muncul. Contoh, Anda mengetik “edit foto”, mungkin muncul saran seperti “edit foto kartun”, “edit foto background”, “edit foto jadi video”, dll. Catat semua saran relevan tersebut.
- Apple App Store Suggest: Lakukan hal serupa di App Store (pada iPhone, atau gunakan iTunes/App Store di desktop jika ada). Terkadang hasil suggestion bisa berbeda dengan Google Play. Misal, App Store mungkin menampilkan saran singkat atau frasa berbeda.
- Gunakan Variasi Huruf Awal: Coba ketik berbagai awalan huruf setelah kata kunci utama untuk melihat saran lain. Misal ketik “belajar Inggris a…”, “belajar Inggris b…”, terkadang trik ini memunculkan long-tail keyword yang tidak muncul dengan ketikan biasa.
Fitur auto-suggest ini sangat berguna karena:
- menunjukkan kata kunci long-tail (kata kunci panjang, biasanya lebih spesifik) yang sering dicari,
- membantu memahami pola pencarian pengguna Indonesia. Misal, jika banyak saran mengandung “gratis” atau “2025”, itu indikasi pengguna sering mencari aplikasi gratis atau yang terbaru.
Kumpulkan saran-saran ini sebanyak mungkin. Bahkan saran yang tampak kurang relevan tetap dicatat dulu – nanti bisa difilter. Proses ini bisa memakan waktu, tapi gratis dan langsung mengacu pada data nyata perilaku pengguna.
4. Manfaatkan Alat Bantu (Tools) Riset Kata Kunci
Untuk mempercepat dan memperluas riset keyword, gunakan tools ASO atau alat SEO lain yang mendukung pencarian lokal Indonesia. Beberapa tools populer antara lain: Asodesk, AppTweak, Sensor Tower, data.ai (App Annie), hingga alat gratis seperti KeywordTool.io dan Google Keyword Planner.
Tools semacam ini dapat memberikan fitur berikut:
- Keyword Auto-Suggestions: Secara otomatis menarik ratusan saran kata kunci terkait niche Anda. Misalnya, Asodesk memiliki fitur Keyword Auto-Suggestions yang bisa menunjukkan kata kunci paling populer maupun kata kunci ekor panjang (long-tail) di niche Anda. Anda juga bisa melihat kata kunci yang digunakan kompetitor serta metrik popularitasnya.
- Volume dan Popularitas: Banyak tools menampilkan perkiraan Search Volume atau skor popularitas untuk tiap keyword. Ini membantu memprioritaskan mana yang banyak dicari pengguna. Misal, jika “game offline” memiliki volume jauh lebih tinggi daripada “game tanpa kuota”, Anda mungkin memprioritaskan istilah “game offline”.
- Terjemahan dan Lokalisasi: Tool seperti Asodesk bahkan menyediakan terjemahan otomatis saran keyword ke bahasa Inggris. Ini berguna kalau Anda menemukan kata lokal yang tidak Anda pahami. Ada pula fitur untuk memisah keyword berdasarkan bahasa atau dialek (Anda bisa membuat tab khusus untuk Indonesia, Inggris, Jawa, dll.) – berguna untuk organisasi semantic core Anda.
- Analisis Kompetitor Lanjutan: Beberapa platform (AppTweak, SensorTower) memungkinkan Anda memasukkan nama aplikasi kompetitor dan mendapatkan daftar keyword apa saja di mana kompetitor tersebut tampil. Ini sangat berguna untuk melengkapi semantic core Anda dengan kata yang mungkin belum Anda pikirkan.
- Trend dan Musiman: Alat seperti Google Trends dapat melengkapi riset dengan info tren musiman atau regional. Misal, pencarian “stiker WA Ramadhan” mungkin naik daun menjelang bulan puasa. Jika aplikasi Anda terkait, ini bisa ditambahkan (walau sifatnya temporer, berguna untuk update di momen tertentu).
Gunakan alat sesuai kebutuhan dan budget. Bagi pemula dengan dana terbatas, manfaatkan trial atau versi gratis. KeywordTool.io misalnya, dapat menghasilkan saran auto-complete dari App Store/Play Store dengan lokasi Indonesia secara gratis (dengan batasan). Google Keyword Planner juga gratis; meski fokus ke web, tetap memberi gambaran istilah populer. Intinya, tools dapat menghemat waktu dan memberikan data kuantitatif untuk melengkapi metode manual Anda.
5. Pertimbangkan Variasi Bahasa dan Istilah Lokal
Seperti dibahas di awal, pengguna Indonesia itu unik karena kadang mencampur bahasa. Dalam menyusun semantic core, jangan ragu untuk memasukkan kata kunci multi-bahasa jika relevan. Contohnya:
- Bahasa Indonesia vs Inggris: Banyak istilah teknologi atau populer justru lebih umum dalam Inggris. Contoh: “live streaming” mungkin lebih sering dipakai daripada “siaran langsung” di konteks aplikasi video. Masukkan keduanya jika perlu. Data menunjukkan orang Indonesia memang sering memasukkan kata berbahasa Inggris saat mencari aplikasi. Menambahkan kata Inggris yang umum (misal “free”, “best”, “online”) ke inti kata kunci Anda dapat memperluas jangkauan pencarian.
- Sinonim Lokal: Bahasa Indonesia kadang punya beberapa padanan. Misal: “anak-anak” vs “anak2” (beberapa pengguna menulis dengan angka), atau “mobil” vs “auto” (serapan). Untuk berjaga-jaga, Anda bisa memasukkan variasi ejaan atau slang populer. Contoh lain, “game” dan “permainan” – mayoritas akan ketik “game” karena lebih pendek, tapi memasukkan “permainan” mungkin berguna untuk konten teks di deskripsi supaya lebih natural terbaca.
- Bahasa Daerah: Jika target Anda spesifik wilayah, pertimbangkan memasukkan beberapa kata kunci daerah. Misal, aplikasi resep masakan tradisional Jawa bisa memasukkan kata kunci bahasa Jawa untuk bahan atau nama makanan tertentu. Tapi sekali lagi, utamakan bahasa Indonesia karena cakupannya paling luas.
- Hindari Penerjemahan Harfiah Tanpa Konteks: Pastikan kata kunci yang Anda pilih benar-benar digunakan orang. Jika menggunakan alat terjemahan, verifikasi hasilnya. Misal, menerjemahkan “reminder app” jadi “aplikasi pengingat” – ini tepat. Tapi beberapa frasa mungkin terdengar janggal jika diterjemahkan langsung. Jangan segan tanya rekan native atau cek di mesin pencari apakah frasa tersebut umum digunakan.
Kunci di sini adalah komprehensif namun tetap relevan. Semantic core Anda idealnya mengandung ratusan kata kunci potensial dari berbagai variasi bahasa. Nanti kita akan pilah mana yang benar-benar dipakai.
6. Klasterisasi: Kelompokkan Kata Kunci Anda
Setelah mengumpulkan puluhan hingga ratusan keyword dari langkah-langkah di atas, waktunya mengorganisir daftar tersebut. Mengelompokkan (clustering) membantu Anda melihat pola dan memprioritaskan strategi penempatan kata kunci.
Cara mengelompokkan:
- Berdasarkan Topik/Fitur: Pisahkan kata kunci ke dalam grup sesuai tema. Misal, grup Fitur Utama (kata terkait fungsi inti aplikasi), grup Kategori Umum (kata generik di kategori Anda), grup Brand (nama brand Anda dan variannya), grup Kompetitor (nama-nama kompetitor besar, hanya untuk referensi internal), grup Masalah yang Diselesaikan (misal untuk app kesehatan: “pilek”, “batuk”, “flu” jika app Anda solusi kesehatan). Dengan grup ini, Anda bisa pastikan tiap aspek tercakup.
- Urutkan berdasar Popularitas: Jika Anda punya metrik volume, Anda bisa juga tandai kata kunci yang volume tinggi vs rendah. Mungkin buat tanda bintang pada yang volume tinggi. Ini membantu nanti saat memilih kata untuk judul vs hanya di deskripsi.
- Buang yang Tidak Relevan: Saat clustering, Anda mungkin menyadari ada kata yang sebenarnya kurang relevan dengan app Anda. Contoh, dari suggest muncul “download drama Korea” tapi aplikasi Anda hanya editor video, tentu ini tidak relevan meski banyak dicari. Buang kata semacam ini agar tidak mengganggu fokus.
- Prioritaskan Kata Kunci Utama: Dari setiap cluster, tentukan 1-3 kata kunci terpenting (inilah yang nanti harus muncul di judul atau elemen teratas). Kata kunci utama biasanya yang volume tinggi dan sangat relevan. Sisanya bisa masuk deskripsi atau subtitle.
Contoh hasil klasterisasi sederhana untuk aplikasi belajar bahasa Inggris:
- Grup Utama: belajar bahasa Inggris, kursus Inggris, English learning, belajar English
- Grup Fitur: grammar, vocabulary, percakapan Inggris, tes TOEFL, speaking practice
- Grup Audiens: pemula, beginner, anak-anak, pelajar SMP, otodidak
- Grup Value: gratis, offline, tanpa iklan, cepat mahir
- Grup Brand: (nama app Anda dan variannya)
- Grup Kompetitor: (misal: Duolingo, Babbel – hanya sebagai info, tidak untuk ditaruh di metadata)
Dengan pengelompokan ini, Anda lebih mudah melihat strategi konten selanjutnya. Misal, kata di grup Utama dan Fitur jelas harus dimasukkan di judul/subtitle, sedangkan grup audiens/value bisa ditonjolkan di deskripsi untuk meningkatkan konversi (menarik minat yang membaca).
Setelah semantic core rampung dan terstruktur, saatnya menerapkannya ke dalam elemen-elemen ASO aplikasi Anda.
Mengaplikasikan Semantic Core ke Metadata Aplikasi
Semantic core yang sudah Anda kumpulkan tidak akan berguna jika tidak dimanfaatkan di metadata aplikasi. Berikut panduan penggunaan kata kunci pada elemen penting, disertai adaptasi untuk toko aplikasi utama:
1. Judul Aplikasi (App Name/Title)
Judul adalah elemen metadata paling penting. Baik di App Store maupun Google Play, judul berperan besar dalam pencarian. Panjang maksimal judul biasanya 30 karakter (baik di Apple App Store maupun Google Play Store). Karena sangat terbatas, Anda harus cerdas memasukkan kata kunci terpenting di sini:
- Nama Brand + Kata Kunci Utama: Format umum adalah menggabungkan nama aplikasi (brand) dengan deskripsi singkat fungsinya menggunakan kata kunci. Contoh: “PhotoMaster – Edit Foto & Kolase”. Di sini “Edit Foto” dan “Kolase” adalah keyword.
- Hindari Pengulangan dan Keyword Stuffing: Di App Store, algoritma bisa mengombinasikan kata kunci terpisah dari judul, subtitle, dan keyword field. Anda tidak perlu mengulang kata yang sama berkali-kali. Bahkan, Apple menyarankan tidak mengulang kata karena bisa membingungkan algoritma dan menurunkan ranking. Jadi pakailah sinonim atau variasi lain ketimbang mengulang. Sementara di Google Play, pencarian lebih berbasis exact match, artinya keberadaan kata di judul/desc sudah cukup, tetapi mengulang di judul juga tak ada gunanya dan hanya memakan jatah karakter.
- Jangan Masukkan Nama Kompetitor: Ini melanggar kebijakan. Apple akan menolak app yang di judulnya menyebut app lain. Google Play pun dapat men-suspend aplikasi jika ketahuan memakai merek dagang orang lain secara tidak sah. Fokus pada kata kunci generik dan nilai unik aplikasi Anda.
- Buat Tetap Menarik dan Relevan: Ingat judul dilihat oleh pengguna, bukan hanya mesin. Buatlah judul yang juga jelas dan menarik agar meningkatkan click-through rate. Misal daripada hanya menumpuk keyword (“Belajar Inggris Kursus Grammar TOEFL”), ubahlah jadi kalimat yang enak dibaca: “Belajar Inggris – Kursus Grammar & TOEFL”. Pengguna paham fungsi aplikasi, kata kunci masuk, dan terlihat profesional.
Perbedaan Apple vs Google Play:
Di Apple App Store, judul + subtitle + keyword field semuanya berkontribusi pada pencarian. Apple akan mencocokkan kata terpisah, jadi Anda bisa taruh kata secara terpisah dan mereka akan digabungkan oleh algoritma (contoh: judul berisi “Foto” dan subtitle berisi “Editor”, app Anda tetap muncul untuk pencarian “foto editor”). Sementara Google Play tidak punya kolom keyword khusus, jadi judul, short description, dan long description semuanya diindeks secara penuh. Google cenderung melihat kesesuaian kata secara langsung (frasa lengkap), sehingga direct keyword usage di judul/desc sangat penting. Dengan kata lain, untuk Google Play Anda mungkin ingin memasukkan frasa utuh yang sering dicari. Misal, jika kata kunci penting adalah “aplikasi edit foto”, usahakan frasa itu muncul utuh di judul atau deskripsi.
2. Subtitle (App Store) dan Short Description (Google Play)
Subtitle di App Store (maks 30 karakter) adalah kesempatan kedua untuk memasukkan keyword penting. Short Description di Google Play (maks ±80 karakter) berfungsi mirip: teks singkat yang muncul di halaman listing sebelum user klik “selengkapnya”. Optimasi kedua elemen ini:
- Gunakan untuk keyword penting kedua dan kombinasi kata kunci. Misal, jika judul sudah pakai 1-2 kata utama, pakailah subtitle/short desc untuk memasukkan kata kunci lain yang masih penting. Contoh: Judul “PhotoMaster – Edit Foto Kolase”, short desc bisa “Editor Foto Gratis dengan 100+ Filter Keren”.
- Buat kalimat yang natural: Hindari menjejalkan keyword dengan koma-komaan saja. Sebaiknya susun dalam frase atau kalimat singkat yang enak dibaca pengguna. Contoh buruk: “filter foto, editor gambar, kolase, efek bokeh” (ini tidak informatif bagi user). Lebih baik: “100+ Filter, Kolase, dan Efek Bokeh untuk Fotomu”. Versi ini tetap mengandung 3 keyword (filter, kolase, efek bokeh) tapi terangkai.
- Fokus Manfaat/Pembeda: Anda juga bisa manfaatkan subtitle/short desc untuk menonjolkan unique selling proposition. Misal: “Belajar Bahasa Inggris untuk Pemula – Gratis & Offline”. Kata “gratis & offline” mungkin banyak dicari dan sekaligus jadi daya tarik.
- Indexing: Subtitle App Store terindeks pencarian seperti halnya judul. Short Desc Google Play mungkin terindeks juga (ada indikasi algoritma Google memperhitungkannya, meski bobotnya tak sebesar judul). Jadi, tetap masukkan keyword relevan di sini.
Ingat, pengguna akan melihat subtitle/short desc saat membuka halaman app, jadi pastikan kalimatnya juga meningkatkan minat download, selain memuat keyword.
3. Deskripsi Lengkap (Long Description)
Deskripsi lengkap sangat penting terutama di Google Play karena seluruh teks hingga 4000 karakter di-index oleh algoritma pencarian. Sementara di App Store, deskripsi tidak digunakan untuk pencarian ranking (namun tetap penting untuk meyakinkan pengguna). Berikut tips optimasinya:
- Masukkan sebanyak mungkin kata kunci secara natural: Anda punya ruang luas, jadi manfaatkan untuk memasukkan hampir semua kata dari semantic core yang relevan. Tentu jangan asal tempel daftar kata; tulislah deskripsi yang informatif tentang fitur-fitur aplikasi, dan selipkan kata kunci di dalam kalimat secara organik.
- Prioritaskan 1-2 kalimat pertama: Bagian awal deskripsi (misal kalimat pertama ~ 180 karakter) sebaiknya sudah mengandung kata kunci teratas Anda. Bagian ini juga yang langsung terlihat tanpa scroll, sehingga penting untuk menarik perhatian user. Misalnya: “PhotoMaster adalah aplikasi edit foto dengan filter efek profesional. Edit gambar jadi makin mudah dan hasil kekinian.” – Di sini sudah ada “aplikasi edit foto” dan “filter efek”.
- Frekuensi dan Kepadatan (Keyword Density): Untuk Google Play, disarankan kata kunci utama diulang beberapa kali di deskripsi, namun jangan berlebihan. Sebagai panduan, 3-5 kali per keyword utama dalam 4000 karakter sudah cukup. Pastikan density tiap kata kunci tidak lebih dari ~2-3%. Jika terlalu banyak, Google bisa menganggap itu spam (keyword stuffing) dan justru menurunkan ranking.
- Gunakan Variasi Kata Kunci: Agar tidak terkesan spamming, gunakan berbagai bentuk kata. Bahasa Indonesia tidak punya banyak perubahan bentuk kata seperti plural (jamak) dengan akhiran, tapi kita bisa bermain dengan kata berimbuhan atau sinonim. Misal: “bermain game seru”, “permainan seru”, “game yang paling seru” – tiga frasa ini membidik “game seru” dengan variasi. Note: Reduplikasi (pengulangan kata untuk jamak) dalam bahasa Indonesia misal “anak-anak” tidak selalu diperlukan dalam pencarian, karena orang jarang mengetik kata ganda, namun bisa digunakan kalau perlu keperluan gaya bahasa di deskripsi.
- Pencantuman Fitur dan Kata Kunci Terkait: Deskripsi idealnya merinci fitur-fitur aplikasi. Buat bullet points atau paragraf terpisah untuk setiap fitur utama dan masukkan kata kunci terkait di situ. Contoh: “🎨 Filter & Efek Lengkap: 100+ filter mulai dari vintage, bokeh, hingga efek kartun.” – memasukkan berbagai keyword soal filter.
- Call-to-Action & Persuasi: Setelah bagian keyword, jangan lupa tutup dengan ajakan (CTA) dan info tambahan yang meyakinkan pengguna (misal “Unduh sekarang dan rasakan kemudahan edit foto ala profesional!”). Ini membantu conversion rate (rasio konversi pengunjung jadi pengunduh). Konten yang menarik secara emosional penting karena 50% pengguna hanya baca judul dan short desc, 30% baca seluruh deskripsi – Anda ingin yang 30% itu terkonversi menjadi download.
Terakhir, untuk App Store, meskipun deskripsi tidak di-index, tetap buat deskripsi yang bagus karena pengguna iOS akan membacanya juga. Anda bisa sedikit lebih bebas di iOS untuk menulis narasi pemasaran tanpa harus menaburkan kata kunci. Tapi pastikan konsisten: apa yang jadi kata kunci utama di platform lain sebaiknya muncul juga di penjelasan App Store agar pengguna paham nilai aplikasi Anda.
4. Kolom Kata Kunci (Keyword Field) – khusus Apple App Store
Apple menyediakan kolom khusus 100 karakter untuk kata kunci terpisah (tidak terlihat oleh pengguna, hanya untuk pencarian). Pastikan Anda memanfaatkan seluruh kapasitas kolom ini dengan baik:
- Isi dengan kata-kata (dipisah koma) yang tidak sempat dimasukkan di judul/subtitle. Misal, sinonim, ejaan alternatif, atau istilah yang relevan tetapi tidak cocok ditampilkan ke user. Contoh: aplikasi Anda judulnya “Belajar Bahasa Inggris”, di keyword field Anda bisa tambahkan “grammar, vocabulary, TOEFL, IELTS, belajar English, anak, pelajar” dsb.
- Jangan ulangi kata yang sudah ada di judul/subtitle. Seperti disebut, Apple menggabungkan semuanya, jadi pengulangan hanya buang jatah karakter.
- Tidak perlu menyertakan bentuk plural/jamak terpisah jika kata dasarnya sama (Apple menganggap “game” dan “games” setara dalam pencarian). Juga, tidak usah memasukkan kategori atau genre yang sudah dipilih di listing (Apple secara otomatis mengaitkan kategori app Anda sebagai kata kunci pencarian).
- Gunakan bahasa lokal dan Inggris bila perlu: Anda bisa mencampur bahasa di kolom ini. Menurut pengalaman, tidak masalah memiliki keywords campuran (Indonesia, Inggris, dll.) dalam satu lokal. Tapi untuk kerapihan, sebagian tim ASO membuat semacam tab per bahasa saat menyusun (sebelum di-submit ke App Store). Intinya, di kolom ini pastikan tak ada kata penting yang ketinggalan.
5. Optimasi Visual dan Faktor Lain
Meskipun fokus panduan ini pada semantic core dan teks, sedikit tips tambahan konteks Indonesia:
- Ikon dan Screenshot: Visual tidak langsung mempengaruhi pencarian, tetapi memengaruhi konversi. Pastikan gambar tidak mengandung elemen yang menyinggung budaya (misal hindari pakaian terlalu terbuka mengingat norma lokal). Jika menampilkan teks pada screenshot, Anda boleh menggunakan bahasa Indonesia untuk menjelaskan fitur, karena ini akan lebih mudah dipahami target pengguna.
- Rating dan Ulasan: Algoritma juga mempertimbangkan rating aplikasi. Usahakan mempertahankan rating minimal ~4.0, karena survei menunjukkan rating di bawah 3.9 membuat hampir semua responden enggan mengunduh aplikasi. Ulasan pengguna pun mempengaruhi persepsi, jadi tanggapi ulasan dengan baik. Untuk ASO, review juga bisa mengandung keyword secara alami. Meski Anda tak bisa kontrol isinya, memperbaiki fitur yang dikeluhkan user bisa memicu review positif dengan kata kunci yang baik.
- Ukuran Aplikasi & Kinerja: Uniknya, di Indonesia koneksi internet relatif lebih lambat (peringkat 99 dunia) dan banyak pengguna perangkat spek rendah. Aplikasi yang ringan dan cepat cenderung lebih disukai. Ini bukan bagian dari metadata, tapi secara tidak langsung, app yang ukurannya kecil bisa Anda tonjolkan di deskripsi sebagai nilai jual (misal “ukuran ringan hanya 5MB”). Hal ini bisa jadi keyword juga (banyak orang mencari “aplikasi ringan” atau “offline kecil”).
Kesalahan Umum ASO (Khususnya di Pasar Indonesia)
Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan pemula saat melakukan ASO, termasuk di Indonesia, dan cara menghindarinya:
- Terlalu Mengabaikan Bahasa Indonesia atau Sebaliknya: Beberapa pemasar lokal ada yang berpikir aplikasi mereka akan terlihat keren jika semua in English, akhirnya judul & deskripsi full bahasa Inggris padahal target pengguna Indonesia. Ini berisiko tidak nyambung dengan mayoritas pengguna (ingat 80% cari dalam Indonesia). Sebaliknya, ada juga yang 100% bahasa Indonesia padahal targetnya anak muda yang akrab istilah Inggris – akibatnya keyword penting bahasa Inggris tidak ter-cover. Solusi: Gunakan kombinasi sesuai audiens. Misal konten boleh berbahasa Indonesia, tapi selipkan istilah Inggris umum. Atau jika deskripsi bahasa Inggris, pastikan ada lokalitas (contoh: satu kalimat “Aplikasi ini cocok untuk pengguna di Indonesia” – agar kata “aplikasi” muncul).
- Keyword Stuffing Berlebihan: Meski penting memasukkan banyak keyword, jangan sampai deskripsi Anda dibanjiri kata kunci tanpa konteks. Selain bisa ditandai spam oleh algoritma, pengguna yang membaca pun akan bingung. Hindari kalimat yang disusun hanya agar muat keyword. Misal: “Game balap mobil racing car kecepatan tinggi drag race terbaik 2025” – ini tidak wajar. Tulislah dengan natural, jaga kepadatan <3% per kata kunci. Lebih baik memiliki 20 kata kunci relevan yang tersebar rapi daripada 50 kata kunci tapi membuat deskripsi tidak karuan.
- Tidak Konsisten Gaya Bahasa: Dalam penulisan bahasa Indonesia, konsistensi formal/informal penting. Kesalahan umum adalah mencampur panggilan “Anda” dan “kamu” secara acak dalam deskripsi yang sama, atau mencampur bahasa formal dan gaul tanpa alasan. Tentukan di awal, apakah Anda mau nada komunikatif santai (bias “kamu”) atau profesional sopan (“Anda”). Lalu konsisten. Pengguna Indonesia peka terhadap perubahan nada, dan inkonsistensi bisa mengurangi kepercayaan atau kenyamanan membaca.
- Typo dan Kesalahan Ejaan: Pastikan tidak ada salah ketik atau kesalahan tata bahasa mencolok. Kesalahan ejaan pada kata kunci penting bisa fatal karena algoritma mungkin tidak mengenali typo tersebut (kecuali common typo yang sering dicari). Gunakan alat pengecek ejaan atau minta orang lain proofread. Juga waspada spasi ganda dan tanda baca yang salah, ini detail kecil tapi berpengaruh ke profesionalitas.
- Membiarkan Kolom Metadata Kosong: Beberapa pemula tidak mengisi semua field yang tersedia. Misal, tidak mengisi keyword field di App Store sama sekali (padahal itu peluang besar), atau hanya menulis deskripsi 1-2 kalimat saja di Google Play. Manfaatkan setiap bidang yang ada. Jika kesulitan, pelajari aplikasi serupa bagaimana mereka menulis.
- Menggunakan Template Mentah-mentah: Terkadang pemula menggunakan template deskripsi dari app lain atau sumber internet tapi lupa mengubah semua bagian sesuai aplikasi sendiri. Misal, ada placeholder atau contoh yang tertinggal. Ini fatal karena selain tidak relevan, terlihat tidak profesional. Selalu cek ulang setiap kata, pastikan sesuai konteks aplikasi Anda.
- Memasukkan Brand Kompetitor di Metadata: Sudah disinggung, ini dilarang di Apple (bisa tak lolos review) dan juga berbahaya di Google. Contohnya, menulis “Alternatif terbaik TikTok” di deskripsi – bisa saja lolos di Google Play, tapi kalau TikTok protes, app Anda bisa diblokir. Kecuali Anda punya izin atau membandingkan secara fair di blog, sebaiknya hindari. Fokus promosikan keunggulan sendiri.
- Tidak Memantau dan Iterasi: ASO bukan kerja sekali jadi. Kesalahan umum adalah setelah rilis, tidak mengecek efektivitas keyword. Anda perlu melihat data: ranking aplikasi Anda di kata kunci target, jumlah impression atau store listing visits sebelum dan sesudah perubahan metadata, serta conversion rate (konversi tayang ke install). Jika setelah update ASO tidak ada peningkatan, mungkin perlu revisi keyword atau materi visual. Banyak pemula lupa mengevaluasi ini dan kehilangan kesempatan optimasi lebih lanjut.
Hindari kesalahan di atas, dan Anda sudah selangkah lebih maju dibanding banyak pemula lainnya.
Sumber Daya dan Alat Rekomendasi
Untuk memperdalam kemampuan ASO Anda, berikut beberapa sumber dan tools yang bermanfaat, terutama yang relevan untuk pasar Indonesia:
- Google Play Console & App Store Connect: Platform resmi ini menyediakan analytics. Gunakan Google Play Console untuk melihat kata kunci apa yang membawa pengguna ke listing Anda (lihat di bagian User Acquisition > Search terms, meski datanya terbatas). App Store Connect dengan Search Ads Basic juga kadang memberi insight kata kunci populer.
- Apple Search Ads Keyword Planner: Jika Anda mendaftar Apple Search Ads, ada fitur untuk melihat saran kata kunci dan level popularitasnya di App Store. Ini bisa digunakan gratis tanpa harus menjalankan iklan, sebagai riset saja.
- Asodesk – Menawarkan data kata kunci Indonesia plus terjemahan. Berguna untuk pemula dengan free trial dan konten edukasi (mereka punya blog dengan studi kasus lokal Indonesia).
- AppTweak / Sensor Tower / Mobile Action / data.ai: Ini tools berbayar populer di kalangan global, biasanya perusahaan besar atau agency yang pakai. Mereka memiliki data pasar Indonesia juga. Coba manfaatkan demo/trial-nya untuk sekali waktu dapat keyword ideas.
- KeywordTool.io atau Ubersuggest: Untuk alternatif gratis/lebih murah. Anda bisa gunakan KeywordTool.io (pilih platform App Store/Play Store dan lokasi Indonesia) untuk mendapatkan ratusan saran. Ubersuggest bisa dipakai dengan target Google Indonesia – tidak spesifik app, tapi lumayan untuk ide.
- Lokalisasi & Terjemahan: Jika Anda butuh menerjemahkan banyak keyword, gunakan Google Translate dengan hati-hati, dan cek ulang hasilnya dengan konteks. Bisa juga pakai Microsoft Translator atau cari glosarium lokal (misal KBBI untuk definisi kata Indonesia, atau Wikipedia untuk istilah teknis).
- Komunitas dan Forum: Bergabunglah di komunitas developer/pemasar Indonesia. Misal forum Facebook group “Indonesia App Developer” atau komunitas di Telegram. Diskusi dengan sesama praktisi bisa memberikan insight tren terbaru. Terkadang ada webinar lokal (misal yang diadakan oleh Google Indonesia atau startup besar) membahas ASO/SEO.
- Kursus dan Blog: Manfaatkan kursus online gratis seperti “ASO untuk Pemula” yang disediakan Asodesk atau baca blog dari perusahaan ASO. Meskipun banyak dalam bahasa Inggris, topiknya bisa diaplikasikan ke pasar Indonesia dengan penyesuaian. Beberapa blog internasional sudah membahas tips khusus Indonesia – seperti menekankan penggunaan bahasa campuran dan sensitivitas budaya, yang telah kita bahas di panduan ini.
Kesimpulan
Menyusun dan memanfaatkan semantic core yang tepat adalah fondasi keberhasilan ASO, terlebih di pasar yang unik seperti Indonesia. Dengan memahami kebiasaan pengguna lokal, bahasa yang mereka pakai, serta menghindari kesalahan umum, Anda dapat membuat aplikasi Anda lebih mudah ditemukan dan lebih menarik bagi pengguna Indonesia.
Sebagai rekap singkat: mulai dari riset kata kunci mendalam (manual dan dengan tools), rangkum dalam semantic core, lalu terapkan strategis ke dalam judul, deskripsi, dan elemen metadata lain. Pantau terus performanya – ASO adalah proses berkelanjutan. Jika peringkat kata kunci belum memuaskan, jangan ragu untuk iterasi: coba deskripsi atau keyword yang sedikit berbeda, uji icon/screenshot baru untuk peningkatan conversion, dan seterusnya.
Dengan latihan dan pengalaman, Anda akan semakin mahir memahami pola pencarian pengguna Indonesia. Teruslah peka terhadap tren (misal kata slang baru atau perilaku baru pengguna), dan update semantic core Anda sesuai perkembangan. Semoga panduan ini membantu Anda memulai perjalanan ASO dengan lebih percaya diri. Selamat mencoba, dan semoga aplikasi Anda meraih posisi terbaik di toko aplikasi!
Happy ASO, selamat optimasi! 🚀